Parpanews.com Jakarta 7 juli 2025 Sejak awal kiprahnya, Toni Junus dikenal sebagai sosok yang konsisten dan visioner dalam pelestarian budaya, khususnya warisan agung Nusantara: Keris. Pada tahun 2008, ia memproklamasikan istilah “Keris Kamardikan” di Bentara Budaya Jakarta, sebuah gerakan yang menempatkan keris bukan sekadar pusaka masa lalu, melainkan simbol kebebasan, perdamaian, dan kebangkitan budaya bangsa.
Tahun 2010, Toni Junus mencatat sejarah melalui penyelenggaraan “Keris For The World”, sebuah pameran internasional yang hanya pada sekali itu berhasil mengundang Direktur UNESCO, Hubert J. Gijsen, menegaskan posisi keris sebagai warisan budaya dunia yang patut dihormati dan dilestarikan.
Kiprah Toni Junus di bidang pelestarian keris sangat menonjol. Berbagai literatur terkait keris diterbitkan oleh penulis-penulis lokal sebagai wujud apresiasi terhadap perjuangannya. Ia sendiri telah menulis dan menerbitkan sejumlah buku penting, di antaranya:
- Tafsir Keris
- Keris untuk Dunia
- Habis Gelap Terbitlah Terang
- Keris for Peace and Humanity
- Sajak-sajak Keris
- The World of Baliness Keris
- Pamflet Kebudayaan
Tak hanya bergerak di tataran konservasi, Toni Junus juga dikenal sebagai pelopor Keris Kontemporer, memperluas cakrawala keris dengan kreativitas tanpa meninggalkan pakem dan nilai-nilai filosofisnya. Karya-karyanya tersebar luas, di antaranya:
- KK. Romo Tambak
- KK. Panulak
- KK. Beethoven
- KK. Wild Horses dll
Dan masih banyak lagi, yang menjadi koleksi para pecinta budaya dan spiritualis di dalam maupun luar negeri.
Toni Junus juga aktif sebagai penggagas dan pelaksana berbagai pameran besar, baik skala nasional maupun internasional, yang memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke panggung dunia.
Melangkah ke Ranah Pelestarian Budaya Spiritual
Tidak berhenti di keris, Toni Junus kini melebarkan sayap pengabdian ke bidang pelestarian budaya spiritual. Ia mendirikan Sastrajendra Living Academy, sebuah kolegium yang mengajarkan ajaran luhur Sastrajendra, filosofi tentang perjalanan kesadaran manusia menuju kesempurnaan hidup.
Melalui Sastrajendra Living Academy, berbagai kegiatan spiritual yang menggabungkan tradisi, pengetahuan, dan kontemplasi digelar secara hybrid, menjangkau generasi muda sekaligus menjaga kekuatan akar budaya. Salah satu kegiatan yang menjadi ikon adalah Ritual Sidhikara Pusaka, sebuah upacara spiritual untuk menyadarkan makna pusaka sebagai penjaga harmoni, bukan sekadar benda mistis.
Toni Junus juga menginisiasi kebangkitan kembali tradisi yang nyaris punah, seperti:
Wungonan, sebuah tradisi spiritual Nusantara yang akan dihidupkan kembali pada malam Jumat, 10 Juli, oleh PSHT (Persaudaraan Setia Hati Teratai) dan PPBPN (Komunitas Budaya Pusaka) dalam rangkaian acara yang sarat makna.
Reresik Tosan Aji di saat Purnama Bulan Suro, sebagai bentuk penghormatan sekaligus penyucian benda-benda pusaka warisan leluhur.
Melalui kiprah yang tak kenal lelah, Toni Junus membuktikan bahwa pelestarian budaya bukanlah nostalgia masa lalu, melainkan tanggung jawab untuk masa depan. Budaya adalah akar yang menguatkan, cahaya yang menerangi, dan jembatan menuju peradaban yang berkarakter.(Red)